Para sufi memiliki peranan penting dalam mengemban amanah sebagai
Waratsah Al-‘Anbiya (Pewaris Para Nabi), hal ini telah dijelaskan oleh
Rasullah SAW.,: Al Ulama’ Warastul ‘Anbiya (“Para Ulama’ adalah Pewaris
Para Nabi” (Hadits).
Para Sufi sebagai generasi penerus para Nabi akan melanjutkan misi ke-Rosulan Nabi Muhammad SAW., yaitu:
1.Membimbing akhlaq umat manusia dari tercela menjadi akhlaq mulia.
Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits: “Sesungguhnya Aku diutus untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlaq” (Hadits).
2.Menyebarkan Islam
sebagai agama Rohmatan lil’Alamin yaitu agama yang membawa perdamaian
kepada dunia, sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Anbiya’: 107 yang
artinya: “Dan Kami tidak mengutusmu kecuali membawa rohmat bagi alam
semesta”.
Dalam merealisasikan misi tersebut para sufi dalam dakwahnya menggunakan
pendekatan Bi-l-Hikmah Wa-Imau’izah Hasanah yaitu pendekatan dakwah
yang humanis dan bijak (wisdom). Dengan menggunakan pendekatan tersebut
Islam yang disebarkan para sufi mudah diterima oleh masyarakat tanpa
melalui kekerasan dan perang. Terbukti para sufi menyebarkan Islam ke
penjuru dunia secara damai dari jazirah Arab, Afrika, Asia Timur, Asia
Selatan, Asia Tenggara, Eropa, Eropa Timur hingga Amerika.
Nilai-nilai
humanis universal yang berbasis pada spiritualitas dan moralitas
menjadi nilai dasar (basic value) yang dipegang oleh para sufi.
Nilai-nilai universal ini memiliki relevansi sepanjang masa bahkan mampu
menjawab segala bentuk tantangan jaman. Dewasa ini penduduk dunia
sedang dilanda krisis multidimensi baik terkait ekonomi, moral,
keagamaan, kemanusiaan dan politik. Namun semua krisis tersebut dapat
dijawab dan diatasi melalui implementasi nilai-nilai universal tasawuf
yang diajarkan oleh para sufi.
Pertama, Krisis Kebermaknaan Hidup
yang diakibatkan oleh kemoderenan yang berorientasi pada sikap dan gaya
hidup materialism, hedonisme dan konsumerisme. Hal ini menyebabkan
manusia dihinggapi rasa cemas, gelisah dan merasa teralienasi atau
terasing dari hidupnya sendiri. Fenomena ini terjadi di dunia Barat
dimana mereka mengalami krisis kebermaknaan hidup yang menyebabkan
mereka meninggalkan agamanya untuk mencari jawabannya, ternyata
kegalauan mereka dapat dijawab setelah mereka mengkaji tasawuf. Para
pengkaji tasawuf di barat semakin tumbuh subur berkembang jumlahnya
bahkan mereka membentuk komunitas pengkaji tasawuf tokoh-tokoh besar
seperti Ibn’Arabi, Rumi, Al-Ghazali dan lainnya. Selain itu beberapa
thariqah juga berkembang di barat dan diikuti oleh semua kalangan baik
di Eropa maupun Amerika Serikat.
Kedua, Krisis Lingkungan Hidup
yang diakibatkan keserakahan dan ketamakan manusia dalam mengeksplorasi
dan mengeksploitasi sumber daya alam secara membabi buta tanpa
memikirkan upaya konservasi sehingga menyebabkan terjadinya berbagai
musibah dan bencana alam, seperti: banjir, gempa bumi, gunung meletus
dan pemanasan global. Ini merupakan dampak dari sikap manusia yang
dikuasai oleh sifat tama’ dan hirsh (ambisi) bahkan dunia dan seisinya
masih terasa kurang bagi orang yang dihinggapi penyakit tama’ dan
ambisi. Dalam hal ini, para sufi sudah memberikan solusi yaitu hidup
dengan qana’ah dan zuhud. Namun zuhud yang dimaksud bukan zuhud pasif
atau eskapisme yaitu lari dari kehidupan dunia dengan memilih hidup
secara pasif dengan melakukan kontemplasi, melainkan zuhud yang menjaga
hati dari kecintaan dan ketergantungan dengan materi. Sedangkan kegiatan
dan aktifitasnya bias sebagai professional, birokrasi, pengusaha dan
lainnya.
Ketiga, Krisis Ekonomi yang diakibatkan oleh sistem
kapitalisme yang rakus dan serakah menyebabkan terjadinya krisis ekonomi
yang mengguncang dunia, tidak lain sebagai pemicu krisis ekonomi yaitu
dominasinya sifat serakah dan rakus. Padahal para sufi sudah mengajarkan
supaya bersikap jujur, adil dan qana’ah.
Keempat, Krisis
Kemanusiaan yang diakibatkan oleh persoalan politik dan imperalisme
modern yang menyebabkan terjadinya konflik politik dan keagamaan
diberbagai belahan dunia. Hal ini sebagaimana terjadi dinegara-negara
Islam seperti Palestina, Irak, Afganistan, Pakistan, Sudan, Libya,
Syuriah dan Negara lainnya. Krisis kemanusiaan universal yang dilindungi
oleh agama dan Negara. Dalam hal ini, para sufi telah mengajarkan
pentingnya sifat lembut dan kasih sayang kepada sesama manusia.
Para
sufi adalah para pengamal thariqah yaitu sebagai jalan menuju Allah
SWT., yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah Rasul. Thariqah memiliki
sistem yang terkait dengan silsilah atau sanad yang sampai kepada Allah
SWT., melalui Jibril AS., dan Baginda Nabi SAW. Dari Nabi Muhammad SAW.,
turun kepada para sahabat, tabi’in, tabi’ut-tabi’in dan seterusnya.
Thariqah memiliki ikatan spiritual yang kuat antara thariqah satu dengan
thariqah yang lainnya karena memiliki landasan dan sumber yang sama,
sekalipun terkadang ada sedikit perbedaan. Landasan thariqah bersumber
pada Rasulullah SAW., baik terkait dzikir maupun prakteknya. Para
thariqin senantiasa berpegang pada konsep ihsan artinya bersembah sujud
kepada yang serba Maha dengan segala sifat-Nya, seolah-olah kita
melihat-Nya, apabila tidak mampu maka kita merasa dilihat dan didengar
oleh-Nya. Bilamana hal tersebut dihayati dan tumbuh pada setiap manusia
yang beriman maka thariqah dapat berimplikasi yang dirasakan para ahlith
thariqah yaitu memperoleh keberkahan dan ketenangan hidup. Hal ini
telah dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an (QS. Jin: 16) yaitu:
“Dan
bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus pada jalan (Thariqah)
niscaya aku akan memberikan minum mereka air yang segar (yaitu rizqi
yang berkah yang membawa ketentraman dan ketenangan hidup)”.
Bagi
para pengamal thariqah akan memperoleh kedamaian lahir-batin, berawal
dari rizqi yang berkah akan berimbas pada munculnya kedamaian, keamanan
yang kondusif, perekonomian yang tumbuh-berkembang dan pendidikan
berkualitas dan mencerdaskan. Dengan demikian akan melahirkan
tunas-tunas bangsa yang menjunjung tinggi hak azasi manusia, para
intelektual yang memiliki sikap toleransi, ilmuwan yang membanggakan dan
menjadi harapan bangsa. Namun demikian, mereka harus terlepas dan
terbebas dari segala bentuk kepentingan politik dan lainnya.
Dengan
demikian, thariqah benar-benar murni, menjadi pencerah dan juru damai.
Karena itu, sudah saatnya para sufi di abad sekarang ini ikut berperan
aktif mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang sudah terkoyak oleh
dendam dan benci dan merajut kembali taliUkhuwah Islamiyah yang
tercerai-berai oleh persoalan perbedaan mazhab, sekte dan politik. Sudah
saatnya para sufi mengambil peran strategis ini sebagai penengah atas
segala perbedaan dan konflik dan sekaligus sebagai penjaga moral dan
keteladanan dalam menciptakan perdamaian dunia. Namun demikian, mereka
butuh wadah organisasi intrnasional yang menjadi rumah bersama bagi para
sufi sedunia.
foto: Pesarehan Habib Hasyim bin Yahya
20160131
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment