20130102

SEJARAH SINGKAT MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah)

Fenomena radikalisme dan positivisme di kalangan mahasiswa melahirkan pola pergerakan mahaiswa yang eksklusif dan pragmatis. Pola pergerakan mahasiswa demikian telah menjadi keprihatinan banyak kalangan. Karena sejarah mencatat bahwa pergerakan mahasiswa di tanah air telah menorehkan “tinta emas” saat perjuangan kemerdekaan hingga gerakan reformasi. Melalui pergerakan mahasiswa sebagai elemen pemuda telah ikut mempersembahkan  kemerdekaan bangsa ini dari segala bentuk penjajahan.

Lahirnya era reformasi telah melahirkan gerakan demokrasi begitu kuat di tengah masyarakat. Atas nama demokrasi masyarakat dapat mengekspresikan gagasan dan pendapatnya secara bebas, sehingga dalam tataran tertentu memunculkan “kebebasan” tanpa batas.
Kebebasan yang tidak hanya merampas hak orang lain, tetapi bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang ada di tengah masyarakat hingga bertentangan dengan ideologi bangsa yang mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Eforia “kebebasan” tersebut telah membangkitkan  kembali kesadaran dan  semangat memperjuangkan demokrasi Pancasila yang  menolak  radikalisme dan  positivisme. Di mana nilai-nilai luhur bangsa, seperti saling menghormati, toleransi (tasamuh), moderat (tawasuth) dan prinsip keseimbangan (I’tidal) yang telah mengakar dan membudaya di tengah masyarakat Indonesia sejak leluhur bangsa ini, harus terus ditumbuhsuburkan di kalangan anak bangsa ini.

Adalah para pengamal thoriqoh (masyayikh dan para murid thoriqoh) di antara yang memberikan perhatian serius terhadap fenomena tersebut di atas. Mereka merasa prihatin terhadap gejala radikalisme, pragmatisme dan positivisme yang belakangan berkembang di masyarakat, terutama di kalangan mahasiswa. Karena sangat disadari betul oleh para pengamal thoriqoh bahwa mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa ini. Bagi para pengamal thoriqoh, mahasiswa adalah aset bangsa yang harus dibina dan dijaga dari segala bentuk  yang dapat merusak kepribadian dan akhlak meraka.

Dalam konteks ini, gagasan untuk melakukan pembinaan terhadap mahasiswa menjadi sebuah keniscayaan bagi lahirnya generasi penerus bangsa yang memiliki ketinggian intelektual dan kedalaman spiritual. Dua unsur yang menjadi prasyarat bagi calon pemimpin bangsa ini. 

1 comments:

ahsani said...

alhamdulillah

Post a Comment

Design by Miftahul Huda Media Center Visit Original Post Copyright 2012